Friday, July 13, 2007

Ditangkap Polisi Qatar (part 2)


Dan akhirnya jam hampir menunjukkan pukul tujuh dan kami masih berada di sekitaran corniche, pinggiran pantai doha yg berpemandangan indah. Saat itu Pak Pur telah dua belas kali mengambil gambar tempat-tempat yg ia anggap “layak” untuk di jadikan bukti “ini loh Qatar..” kepada sanak family, teman, sejawat dan sebagainya di Indonesia.

Matahari sudah tenggelam, hanya sisa remang-remang diatas langit barat yg tersisa, setelah kami menyelesaikan shalat maghrib di sebuah masjid dekat corniche kami memutuskan untuk bergerak pulang mengisiri pinggiran pantai hingga mendekati lokasi tempat parkiran Bus jemputan. Di sepanjang jalan menuju tujuan tidak lupa Pak Satrio, assistant fotographer klik sana, klik sini membidik tanget yg ia anggap menarik untuk diambil.

Mungkin camera yg dipakai saat itu tergolong Ok, camera pocket merk Olimpus milik Mas Cholil yg gress baru dari toko seharga 600 riyal. Meski belum digital tapi hasil jepretan yg dulu-dulu memang keliatan memuaskan, auto zooming serta lampu blitz yg kadang-kadang sampai tiga kali sering menyilaukan mata orang.

Ah, aku pernah berandai-andai untuk memiliki camera yg sama kelak suatu saat..hii..hii..hii

Setelah berjalan beberapa menit keluar dari corniche tibalah kami di perempatan jalan yg berhadapad-hadapan dgn Istana Raja Qatar, Tuanku Hamad. Istananya tergolong biasa, tembok tinggi tentu mengelilingi gedung yg memang besar, dikarenakan posisi Istana lebih tinggi dari jalan utama, maka aku bisa melihat para pengawal berdiri berjaga-jaga persis dipintu utama.

Waktu telah menunjukkan pukul 7:30 malam, artinya hanya 30 menit lagi waktu kami tersisa untuk dapat berleha-leha sebelum Bus berangkat meninggalkan kota Doha menuju Ummsaeed.

Tibalah kami persis didepan Istana, entah pikiran apa yg ada dimasing-masing kepala kami hingga semua setuju untuk ber”pose” bersama didepan Istana dan Jeprett, lagii..lagii gantian, jebrett dua, dan di hitungan ketiga, Mas Satrio Andi Djatmiko-pun mengarahkan punggungnya berpose “panas” dan jeprett, selesailah pengambilan gambar malam itu, khalas!

Camera Olimpus itupun kini telah berada di tas pinggang Pak Pur, semua melangkah dengan sedikit tergesa-gesa dengan tujuan Parkiran Bus yg lima belas menit lagi akan segera meninggalkan kami, dgn bergegas menelusuri jalan pinggiran istana dan tiba-tiba !! sebuah mobil patroli polisi berhenti persis diseberang jalan dan sekilas aku memang melihat mereka melambaikan tanggannya isyarat memanggil. Mungkin tidak satupun diantara kami yg menyadari jika polisi itu memanggil kami hingga dgn tenang kamipun lewat, tanpa atur nuhun, tanpa noleh kiri kanan dan yg lebih celaka bener-bener cuek, seperti, maaf (hee..hee..) onta nyebrang jalan, aha!

Sayup-sayup aku mendengar teriakan orang (dalam bahasa arab) memanggil-manggil, ya maklumlah begitu banyak mobil lalu-lalang persis dijalan itu, dan aku mulai curiga jika teriakan itu sebenarnya tertuju pada kami, ya kami bertiga! Dan seketika itu juga aku menghentikan langkahku dan aku tiba-tiba sadar jika suara itu datangnya dari mobil POLISI (dag,dig,dug..)

“Pak!! Pak Pur!! “ aku setengah berteriak coba menghentikan “empat” langkah kaki yg masih keliatan bergegas. “Polisi!! Polisi itu manggil kita!” teriakku lagi menyakinkan. Mereka ternyata belum ngeh, belum ngerti apa yg aku maksudkan. Dengan isyarat jari aku menunjuk mobil polisi yg parkir sekitar 15 meteran dari jarak kami menghentikan langkah, diseberang jalan.

Kami berdiri berbaris disisi jalan, aku sempat melihat wajah teman2ku yg lain pucat pasi (walau samar2) dan aku, aku biasa-biasa saja (hee..hee..ngak takut ni yee). “wen pataka, wen pataka!!” setengah membentak seorang polisi bertanya pada kami, Pak Pur, Pak Satrio, dan aku saling memandang, bingung? “Bahasa apaan tuhh brur?” aku bertanya padanya (tapi cuma dalam ati..)

Tak satu orangpun diantara kami yg ngeh, ngerti, ngertos, understand, maklum; apa yg dia maksudkan? Pataka? Mungkin PETAKA kali yaa? Emang ada petaka apa? (dalam ati doank..) Kalo orang medan bilang:”Mana barani pulak aku ngomong begitu, bah! Abis aku”

Sodara2, kalo sampean ada ditempat kejadian, ikut nyaksikan, sampean bakal ngak bisa nahan geli, melihat dgn mata kepala sendiri…ampun deh, itu dua orang takutnya minta ampunnn…tuluttt, ehh..lutut rasanya mo copot bang!! Aku, yaaa…yaa takut dikit hii..hii..

Akhirnya, mungkin tuh polisi sadar kalo kita-kita pada ngak ngerti bahasa dia, bahasa Arab maksudnya, dan “Card..card..yur ID card where..where?” sambil mengisyaratkan tangannya. “oooo..kartu ID maksudnya” suara koor kami bertiga keluar tanpa sadar.

“alamaakkk…matilah aku, tak satupun identitas diri ada di dompet, tinggal coii!!” aku Cuma punya ATM card, khalas!!

Satu persatu polisi itu mulai memeriksa identitas kami masing2, Pak Pur punya, Pak Satrio ? juga punya, dan aku ? rogoh sana, rogoh sini, pura-pura nyari.

Tapi syukur alhamdulillah, ternyata kartu ATMku diterima, dia bilang (mungkin kalo di-indonesiakan)”Elo besok-besok jangan pernah tinggal tuh ID Card, ya..?” hee..hee..hee..”kayak mengerti saja kau!” kata orang medan.

Setelah berkomunikasi melalui radio yg ada di mobil polisi itu, dua polisi itu menyuruh kami untuk masuk kedalam, duduk dan tunggu instruksi dari mereka. Percakapan melalui radio sangat sulit dimengerti, aku mengira kalo mereka sedang melaporkan sesuatu pada atasan mereka, dan beberapa saat kemudian mobil itupun bergerak pelan menuju arah kiri jalan. Aku dan dua temanku hanya terdiam, tak ada satu patah katapun yg keluar diantara kami. Dalam hati aku berdoa agar tidak akan terjadi apa2 pada kami dan tentu, jangan pernah menginap satu malampun di hotel gratis, alias hotel prodio!!

Tiga mobil polisi lain tiba-tiba datang dari arah samping istana dengan kecepatan agak tinggi, memang tidak ada lampu patroli yg dinyalakan tapi sudah cukup mebuat kami bertiga berkeringat dingin. Seluruh personil polisi yg ada dalam mobil itu tampak turun satu-persatu, aku tidak sempat menghitung tapi mereka sekira sepuluhan orang. Kami bertiga diperintah untuk segera keluar dari dalam mobil oleh polisi yg ada bersama kami.

Salah seorang dari polisi tersebut, aku menduga berpangkat Kapten datang menghampiri kami dan sesaat membuka percakapan dgn bersalaman dan mengucap salam:”Assalamualaikum..” sapanya bersahabat, kami menjawab serempak”waalaikumsalaam” jawab kami. ”anta Indonesi?” ia bertanya,”Yes” tanpa komando kami menjawab lugas,”Arabic, Ingglisi?” tanyanya lagi,”Ingglisi” jawabku.

Kapten:”Ok, why did you take pictures of the palace? Do you know that it is prohibited?”

Saya (mewakili):”no Sir, we don’t know that it’s prohibited”

Kapten:”There’s a board in front of palace, did you see it?”

Saya:”No Sir, we didn’t see it, maybe because it’s dark”

Kapten:” Ok, follow me”

Seketika kamipun mengikutinya dibarengi polisi2 lain mengikuti menuju arah depan istana dan pertanyaanpun berlanjut:

Kapten:”Where did you take the pictures, show me?”

Pak Satrio mewakili mulai menunjuk tempat-tempat yg diabadikan dgn kamera;

Kapten:”that’s all? Where else?” tanyanya lagi

Pak Pur:”nothing sir” selanya

Sesaat sang kapten terdiam, dia meminta radio yg ada ditangan polisi didekatnya dan mulai berkomunikasi dalam bahasa arab.

Aku mulai memandang satu persatu polisi-polisi yg ternyata tanpa kami sadari telah berdiri melingkari kami. Percakapan telah usai, sang kapten pergi tanpa menjauh tanpa kata-kata meninggalkan kami dgn kerumunan polisi. Aku melihat sang kapten memberi isyarat tangan untuk meninggalkan lokasi pergi tanpa perintah apapun. Sejenak pikiranku menerawang, bertanya dalam hati apa yg akan terjadi selanjutnya ya?

Rombongan polisi-polisi itu telah pergi meninggalkan kami, hanya satu unit mobil polisi yg tinggal bersama kami, ya polisi yg menangkap kami itu tadi! Kamera Olimpus itu ternyata ada ditangan salah satu polisi itu, tidak dibawa pergi oleh sang kapten.

Dalam hati aku berdoa jika ia tidak akan memerintahkan kami untuk masuk kedalam mobil itu lagi. Ternyata benar, polisi itu hanya menyuruh kami menunggu diluar mobil sementara ia berkomunikasi melalui radio (mungkin) dgn sang kapten.

Aku melihat satu polisi memberi isyarat agar kami mengambil kembali sang kamera dari tangannya dan pak Pur dengan cepat bergegas mendekat dan mengambil kamera itu.

Dan Alhamdulillah, kami diperbolehkan pulang, syukur alhamdulillah!

Thursday, July 12, 2007

Ditangkap Polisi Qatar (part 1)


Kisah yg satu ini memang benar-benar konyol, kadang membuatku tertawa geli saat mengingatnya lagi. “Ditangkap polisi Qatar hanya karena mengambil gambar Istana dimalam hari dan ini karena keteledoran kami tidak melihat kalau itu memang dilarang.”

Awal ceritanya begini: Mungkin kami tidak mengira jika akhir pekan kali ini akan berakhir sial hanya gara-gara fhoto, karena pagi itu semua orang “Daily” dan rombongan “kaum” bachelor alias lajang tanggung pergi menghabiskan waktu di hari libur dengan wajah penuh senyum, sapa sana-sini menghiasi rombongan saat antrian bus yg kebetulan hari kamis dan jum’at menjadi hari libur regular saat itu.

Aku dan dua temanku, Pak Purnadi (ex-TPPI) serta Pak Satrio (juga ex-TPPI) baru enam bulanan berada di Qatar dan dua bulan lagi kami berencana untuk cuti pulang kampung mengambil keluarga. Apa yg ada dibenakku dan teman-temanku ternyata tidak jauh beda, ingin menunjukkan sesuatu sebagai oleh-oleh dari Qatar kepada kerabat, teman, bini atau orang tua di Indonesia. Dari jam tangan, sepatu, boneka onta serta lukisan pasir khas arab sudah termasuk dalam “list” oleh2 yg akan dibeli.

Seperti biasanya, waktu yg disediakan hanya empat jam persis terhitung saat Bus berhenti dan parkir di parkiran depan gedung Al Fardan, Doha dan itu sekira jam lima sore. Sebagaimana Biasa tanpa membuang waktu semenitpun, para lajang tanggung berhamburan keluar Bus untuk menuju tempat-tempat yg mereka anggap dapat menghilangkan kejenuhan selama berada di Bachelor Camp yg mirip sel konsentrasi zaman VOC

Dengan langkah mantap, ketiga bujang tanggung (satu hampir lampuk..hee..hee) mengayuhkan langkahnya menuju toko-toko yg menyediakan barang-barang sovenir ala Arab yg menjadi target utama pembelian, mulai Old souk, Jadit Souk dan souk apalagi, yg saya tidak ingat lagi, habis dikunjungi walau hanya satu-dua barang yg dibeli

Wednesday, July 11, 2007

Editorial: Tas yg mencurigakan


Sebuah tas mencurigakan telah memaksa maskapai penerbangan Etihad untuk menghentikan penerbangannya di kolombo setelah melakukan pnerbangan beberapa jam dari jakarta menuju abu dhabi ( baca berita selengkapnya)

Editorial: Mati sebelum mendapat ampun


Mimpinya ingin kembali ke kampung halaman setelah 2 tahun hidup sebagai pekerja ilegal musnahlah sudah, seorang pekerja toko berumur 40-an ditemukan tewas disekitar Satwa oleh kepolisian Dubai sepuluh hari lalu, pria tersebut ditemukan tanpa identitas (baca berita selengkapnya: khaleej times)

Tuesday, July 10, 2007

Sekilas info Borouge 2


Sejak tanggal 07 july lalu, team recruitment Borouge 2 telah memulai aktivitas pengrekruitan pegawai baru yg dilaksanakan di Ritz hotel. Dari pantauan beberapa sumber yg diterima, begitu banyak para pelamar baik dari jakarta, cilegon serta beberapa daerah lainnya. Penerimaan dilakukan dgn menggunakan agen jasa tenaga kerja PT. Guna Mandiri sebagai koordinator. Bagi yng ingin mengetahui sekilas tentang borouge 2 klik link berikut: Borouge 2 news

Kirim Uang Melalui SMS?



Berita baik bagi para pegumpul dirham, mau kirim uang ke indonesia? nggak usah repot-repot, emirates Bank baru-baru ini telah memperkenalkan system baru cara pengiriman uang dgn mengunakan SMS..(baca berita selengkapnya)

Friday, July 6, 2007

Hidup Di Dua Negeri


Tentu, tidak ada seorangpun yg tahu apa yg akan terjadi, what will be happening in the future, baikah? burukkah? langkah kita, pertemuan kita, dan maut kita, hanya Allah SWT yg tahu. Maka genaplah dua tahun, itu akhir tahun 2000 lalu aku hijrah dari negeri Tuanku Hamad, Qatar ke negeri tuanku Khalifa, abu dhabi untuk melanjutkan apa yg harus aku lakukan, bekerja mencari nafkah keluarga. Tanpa terasa waktu begitu begitu cepat berlalu, aku harus meninggalkan teman-teman (yg begitu baik, manis, cakep, imut2 hii..hii..) untuk berkenalan kembali dgn lingkungan, teman2, serta udara baruku. Kini sudah enam tahun lima bulan aku sudah berada bersama teman2 baruku yg telah menjadi lama.

Thursday, July 5, 2007

Kenangan di tanah dua musim


Tepatnya delapan setengah tahun yg lalu (maaf sdr ini bukan cerita dongeng), pertama kali aku menginjakkan kaki (bukan dibulan?) , tapi dinegeri yg begitu panassss bila musim panas datang menyapa dan dinginn bila musim dingin berhembus. Ahh..apa mungkin itu hanya perasaan aku saja ya? ternyata teman2 sebangsaku yg juga hidup sekamar (sharing, maksudnya) juga berkata demikian!! Qatar, negeri yg kaya minyak, tapi miskin penduduk itu mengharapkan aku dan teman2 sebangsaku untuk tinggal dinegeri mereka, menolong membangun negara mereka bersama teman2 dari india, pakistan, yg menjadi penduduk nomor satu terbanyak setelah orang qatar sendiri.

Hidup di Guan tanamo camp



Repoted By: Wakil GaMM di UAE




Mungkin apa yg dirasakan para tahanan-tahanan "terroris" yg dipenjara di Guan Tanamo Camp, Cuba tidaklah jauh berbeda dgn apa yg dirasakan para desertir serta pelarian "politik" beberapa perusahaan-perusahaan indonesia yg dgn berbagai resiko bertahan di Royal"Guantanamo" camp sampai saat ini. Dengan semangat pantang menyerah (walaupun ada yg menyerah dan lari malam) tetap bertahan walau akhirnya pemerintah kabupaten Ruwais mensetujui pemberian keringanan masa tahanan dgn pemberian 4000 Dhs perbulannya (berita selengkapnya...?)

Horrreee...ADNOC naik Gaji

By: Capt. D. AlWarehousi

Mungkin ini suatu hal yg belum pernah saya dengar bahkan ketahui selama saya hampir Sembilan tahun berada di negara Jazirah Arab, Qatar dan Uni emirates Arab.


Dan saya yakin ini tidak akan pernah terpikirkan apalagi akan dilakukan oleh Pemerintah kita untuk mensejahterakan serta meningkatkan tarap hidup rakyat Indonesia.


Dari ombrolan santai dgn seorang teman lokal (suku asli) di perusahaan tempat saya bekerja menceritakan betapa senangnya teman-teman mereka yg berkerja di Pemerintahan di Abu Dhabi mendapat kenaikan gaji dgn persentasi yg bervariasi antara 80 hingga 140 % dari basic salary. Secara kasar ia mengkalkulasikan jumlah kenaikan yg mereka terima sangatlah memuaskan, jika sebelumnya seorang pegawai biasa pemerintahan mempunyai gaji 15000 Dirham perbulannya maka akan mendapat tambahan 12000 dirhams jika kenaikan itu hanya 80%. Dan bayangkan jika itu mencapai 140%? Berapakah jumlah uang tambahan yg akan mereka terima setiap bulan?


Saya menanyakan padanya apa yg akan ia lakukan bila hal yg sama terjadi pada dirinya? Dgn senyum lebar ia mengatakan jika sejak diberlakukannya peraturan kenaikan gaji untuk seluruh pegawai pemerintahan, hampir 80% dari mereka merasa “binggung” dgn kelebihan uang tiap bulannya. Hahh!! Dan mereka lebih memilih untuk dipotong oleh Bank sebagai potongan kredit lunak untuk membeli mobil-mobil mewah yg harganya bisa mencapai 500 ribu dirhams. (info: sebuah Toyota LandCruiser tahun pembuatan 2007 berharga 150.000 dhs)

Dari keterangan beberapa Bank-bank yg biasa memberikan kredit lunak seperti Islamic Bank, National Bank of Abu Dhabi serta bank-bank lainnya, sejak beberapa bulan terakhir telah terjadi lonjakan peminjam uang kredit lunak sebagai paket “Car Loan” yg sangat significant, dan rata-rata dari mereka bersedia di potong antara 6000 hingga 10000 dirhams perbulannya

Gasco Group










Yah, mungkin salah satu konsekwensi dari hidup "lajang" bin bachelor selama berada di ruwais ya...seperti dalam gambar berikut, kalo keaadan begini terus berlangsung selama dua tahun..bayangkan tuh..bisa2 onta lama-lama bisa berubah jadi tamara blezenski..hee..hee

Monday, July 2, 2007

Tentang Ruwais Housing










Apa yg membuat anda tertarik untuk berkerja di luar negeri? mungkin salah satu pertimbangannya adalah gaji yg bisa jadi 2 - 3 kali lipat atau mungkin lebih? pendidikan anak? juga fasilitas perumahan yg patut kita "acungkan jempol". Apakah ini juga kita dapatkan diperusahaan kita terdahulu?, disamping gaji yg "sangat memadai" juga salah satunya adalah komplex perumahan bila dibandingkan dgn apa yg kita dapatkan di negara kita tercinta

UT-UAE

Subscribe to UniversitasTerbukaUAE
Powered by groups.yahoo.com