Sudah beberapa hari ini hujan mulai menguyur Ruwais, suasana mendung menjadi begitu sering. Mungkin fenomena ini hanya terjadi (mungkin) setahun, dua tahun atau bahkan tidak pernah sama sekali. Hujan di UAE merupakan suatu hal luar biasa, bahkan ekpresi ungkapan rasa senang para penduduk kota, desa, atau kaum badui yg biasa menempati gurun-gurun sebagai kediaman mereka begitu tampak. Kebanyakan orang-orang lokal tidak segan-segan untuk mandi hujan bersama keluarga mereka, menikmati rintik demi rintik hingga sampai tetesan palingggg akhir! Jika hujan di katakan sebagai rahmat dari Tuhan, itu memang benar. Paling tidak di negeri arab, yg memang bener-bener jarang hujan. Lain hal jika itu terjadi di negeri kita, hujan akan berubah menjadi "bala" dan akan membuahkan "banjir" dan "tanah longsor". Jika di negeri arab penduduknya keluar rumah berbasah-basahan dgn riang gembira, di negeri kita orang-orang akan siap siaga untuk mengungsikan barang-barang mereka ketempat-tempat yg lebih aman dari jangkauan air hujan. Di negeri kita, kata hujan akan selalu berkonotasi dgn banjir, tanah longsor, dan sebagainya. Bagi sebagian petani di desa-desa, hujan akan membawa manfaat yg besar untuk mengairi sawah, kebun, dan lain-lain. Orang-orang desa akan selalu mengharap jika hujan akan datang pada bulan-bulan tertentu dan akan "selalu" berucap Alhamdulillah jika sawah-sawah mereka dialiri air hujan. Ternyata hujan akan membuat orang berucap Alhamdulillah, jika itu membawa berkah dan kita harus berucap Astaghfirullah, mohon ampun kepada Allah jika hujan teryata membawa bencana bagi kita.
Mungkin ada hal yg mungkin tidak terpisahkan dari hujan. Suara nyanyian kodok yg bersaut-sautan saat hujan telah reda. Jika kucing, anjing dan binatang-binatang lain punya waktu yg disebut musim kawin, ternyata kodok memanfaatkan musim hujan sebagai waktu yg tepat untuk meneruskan keturunan. Tidak jarang ribuan generasi baru akan mudah ditemui di parit, selokan dan tempat-tempat penampungan air hujan.
Di negeri arab, kodok tidak akan ditemui setelah hujan reda, beda dari negeri kita, kodok hanya ditemui dikolam-kolam buatan yg mungkin juga tidak akan ada.
Ternyata suara kodok menjadi hal yg membuat kita rindu kampung halaman, paling tidak setelah hujan reda, disini..dinegeri gurun!
Ruwais, 15 january 2008
====================================================================
laporan: Jaya Komarudin
HUJAN ES DIRUWAIS ......
Bletak..
Bletuk..
Mula-mula beberapa butir es sebesar kelereng jatuh di hadapan kami berdua. Saya berdua sedang berjalan bersama Sachio, anak kedua saya.
"De, hujan es!", teriak saya kegirangan.
Sachio ikut tertawa girang. jadilah kami dua orang lelaki yang teriak-teriak kegirangan di halaman flat 27. Sedianya pagi jm 9 pagi lewat sedikit, hendak mengambil ayam bakar yang masih hangat di tetangga sebrang jalan.
Hujan es menghentikn langkh kaki kami berdua untuk selanjutnya teringat kamera.
"Kamera..kamera..De!, bentr ambil kamera dulu!"
Sachio berusaha mengejar abinya, eh payungnya lepas terbang kebawa angin kencang.
"Abi...!!",
"waakss..!" saya baru inget Sachio ketinggalan, balik lagi deh.
Setelah beberapa lama baru sempat difoto..
Es nya sudah mulai mencair. Mestinya lebih gede dari ini..
"Lumayan Bi, tinggal bikin silop.(sirop).." celetuk Sachio.
Bletuk..
Mula-mula beberapa butir es sebesar kelereng jatuh di hadapan kami berdua. Saya berdua sedang berjalan bersama Sachio, anak kedua saya.
"De, hujan es!", teriak saya kegirangan.
Sachio ikut tertawa girang. jadilah kami dua orang lelaki yang teriak-teriak kegirangan di halaman flat 27. Sedianya pagi jm 9 pagi lewat sedikit, hendak mengambil ayam bakar yang masih hangat di tetangga sebrang jalan.
Hujan es menghentikn langkh kaki kami berdua untuk selanjutnya teringat kamera.
"Kamera..kamera..De!, bentr ambil kamera dulu!"
Sachio berusaha mengejar abinya, eh payungnya lepas terbang kebawa angin kencang.
"Abi...!!",
"waakss..!" saya baru inget Sachio ketinggalan, balik lagi deh.
Setelah beberapa lama baru sempat difoto..
Es nya sudah mulai mencair. Mestinya lebih gede dari ini..
"Lumayan Bi, tinggal bikin silop.(sirop).." celetuk Sachio.
No comments:
Post a Comment