Monday, January 14, 2008

Mancing Popping: Lempar, Tarik dan...


Memancing ikan bukan sekadar menangkap ikan. Tapi menikmati semua proses memancing sebagai suatu seni dengan keasyikan tersendiri. Mulai dari meracik umpan, mempersiapkan joran, melempar kail, menunggu ikan mematuk umpan sampai kenikmatan “bertarung” dengan ikan yang terkail. “Memancing itu adalah seni!” kata A Zen, pemilik toko Rezeki Pancing Jalan Merbabu 21 B-C Medan, yang juga “penggila” mancing. “Bukan jumlah ikan yang berhasil dipancing yang menentukan, tapi kualitas dan kenikmatan memancing itu yang utama!” A Zen memang benar. Hal tersebut juga diakui oleh banyak hobiis mancing yang lain. Bagi pemancing hobi, jenis dan berat satuan ikan tangkapannya akan memberikan kepuasan yang berlainan. Untuk pemancing di laut lepas, misalnya, jenis ikan air asin yang prestisius seperti layaran, marlin, alu-alu (barakuda), great travelly (GT) atau ikan kuwe, tenggiri adalah targetnya. Untuk memancing masing-masing spesies ikan ini, dibutuhkan keterampilan dan teknik yang berbeda.Dari sekian banyak teknik memancing (air asin) seperti casting, jigging, trolling dan popping, yang terakhir mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam satu dasawarsa di Indonesia. Popping juga sudah dikenal di kalangan hobiis mancing di Medan dan Sumatera Utara. “Bisa dibilang, saya dan beberapa kawan seperti A Bun, Fery, Roni dan kawan lainnya yang mempopulerkan mancing popping di sini,” begitu A Siong, seorang “penggila” mancing air asin berkata kepada Global. Menurutnya, Popping yang paling asyik itu dilakukan dari atas kapal. Alasannya, pemancing bisa memilih area perairan yang diinginkannya. “Dibandingkan popping di bibir pantai, popping di laut dalam lebih mengasyikkan. Ikannya ganas, dan kita sangat menikmati sensasinya,” ujarnya di lain waktu. A Siong mungkin adalah satu nama dari sekian “penggila” mancing yang begitu menikmati teknik popping. Namun yang belakangan ini mencatat keberhasilan memancing kuwe dengan teknik popping adalah tiga sekawan, A Sang, Fuad dan Tomy.Ketiga mania mancing itu melakukan pemancingan sekitar akhir bulan lalu (akhir Oktober) di perairan lepas pantai timur Sumatera Utara. Dengan menumpang perahu, mereka mencoba peruntungan mengail di sekitar jermal-jermal. Di antara guncangan ombak dan tiang-tiang jermal, mereka mencari spot yang baik untuk memancing ikan kuwe. Setelah melakukan popping berkali-kali, kejutan demi kejutan menghantar mereka pada petualangan perburuan ikan yang sangat menantang. Lemparan dan tarikan langsung direspon sejumlah ikan kuwe yang memang suka bermain di dekat permukaan air.Dalam perburuan itu, ketiganya berhasil menangkap kuwe dengan ukuran 12,5 kg yang ditaklukkan oleh A Sang. Kemudian kuwe 14,5 kg pancingan Fuad, dan Tomy mendapatkan kuwe terbesar dalam popping yaitu 19,2 kg.Popping memang menjadi teknik yang paling sering dipakai untuk memancing kuwe. Ikan ini terkenal “galak” terhadap sentakan liar di permukaan air. Namun dalam popping umumnya, menangkap ikan di atas 12 kg bukan perkara mudah. Dibutuhkan teknik tertentu dan kesabaran.Sekilas PoppingApa itu popping? Dari sekian banyak literatur dan penjelasan dari hobiis, popping adalah suatu teknik memancing dengan menggunakan umpan tiruan yang disebut popper. Popper ini dilemparkan pada jarak tertentu, kemudian kenur digulung sehingga umpan yang mengapung bergerak di permukaan air menimbulkan cipratan khas yang mengundang ikan predator. Teknik ini biasa digunakan untuk memancing ikan permukaan.Tidak diketahui persis sejak kapan popping ini dikenal di Indonesia, namun diprediksi kira-kira belasam tahun yang lalu. Sejumlah hobiis meyakini, popping berawal di Australia. Namun tidak berkembang dan justru lebih diminati di Jepang. Pemancing hobiis Indonesia mungkin mengenal teknik ini dari para pemancing Jepang yang sering memancing di Indonesia

No comments:

UT-UAE

Subscribe to UniversitasTerbukaUAE
Powered by groups.yahoo.com