Sebenarnya aku dan beberapa temanku ingin menerbangkan layang-layang, yg sudah kita persiapkan dari rumah. Beberapa Gulungan benang galasan bermacam warna hanya kuletakan begitu saja diatas tanah sebelah gawang bola, aku tak perduli lagi dgn layang-layang itu, Agung, heri, cipto serta Lanang duduk bersila persis didepanku. Emil tampak begitu antusias memberikan komentar-komentar tentang pesawat-pesawat yg sedang ber-manuver diatas udara kampungku, condet. Tidak seorangpun dari mereka menberi respon, mereka hanya diam dengan wajah “sungguh” serius mengikuti “moment” yg jarang mereka lihat. Aku tidak tahu apa yg ada didalam kepala teman-temanku saat itu, yg jelas, didalam benakku aku ingin suatu hari nanti dapat menerbangkan pesawat-pesawat itu..walau aku sendiri tidak tahu kapan itu akan terjadi.
Kini, aku berdiri persis didepan pesawat “mainan” yg sekarang aku tahu dgn nama aeromodeling. Pesawat itu berwarna biru dan merah dan dulu, akau tidak tahu jika kotak hitam itu adalah radio atau disebut transmitter untuk mengedalikan pesawat mainan itu dari jarak jauh. Jika dulu aku mengira pesawat-pesawat itu terbuat dari besi atau apalah namanya, sekarang aku tahu jika pesawat-pesawat itu terbuat dari kayu yg disebut balsa wood yg ringan sekali.
Pesawat yg persis ada didepanku itu adalah milikku, puluhan tahun lalu hanya menjadi impian untuk bisa menerbangkan mereka, tapi sekarang aku telah mampu merakit serta menerbangkannya.