Thursday, February 21, 2008

Kho Ping Ho: Bu Kek Siansu (Part 11)


Sin tong mendengarkan dengan sabar keluhan dan keterangan mereka tentang sakit yang mereka derita, menyiapkan obat-obat untuk mereka semua dengan hati penuh belas kasihan. Semua ada sebelas orang dusun, tua muda laki perempuan yang memandang kepada bocah itu dengan sinar mata penuh kagum dan pemujaan. Baru bertemu dan memandang wajah Sin-tong itu saja, mereka sudah merasa banyak berkurang penderitaan sakit mereka. Seolah-olah ada wibawa yang keluar dari wajah bocah penuh kasih sayang itu yang meringankan rasa sakit yang mereka derita. Tentu saja hal ini sebenarnya terjadi karena kepercayaan mereka yang penuh bahwa bocah itu akan dapat menyembuhkan penyakit mereka, sehingga keyakinan ini sendiri sudah merupakan obat yang manjur. Dan bocah ajaib itu memang bukanlah seorang dukun yang menggunakan kemujijatan dan sulap atau sihir untuk mengobati orang, melainkan berdasarkan ilmu pengobatan yang wajar. Dia memilih buah, daun, bunga atau akar obat yang memang tepat mengandung khasiat atau daya penyembuh terhadap penyakit-penyakit tertentu itu. Tiba-tiba terdengar nyanyian yang makin lama makin jelas terdengar oleh mereka semua. Juga in Liong, bocah ajaib itu, berhenti sebentar mengumpulkan dan memilih obat yang akan dibagikan karena mendengar suara nyanyian yang aneh itu. Akan tetapi begitu kata-kata nyanyian itu dimengertinya, dia mengerutkan alisnya dan menggeleng-geleng kepala. "Aihh, kalau hidup hanya untuk mengejar kesenangan, apapun juga tentu tidak akan dipantangnya untuk dilakukan demi mencapai kesenangan!" kata Sin Liong. "Huh-ha-ha, benar sekali, Sin-tong. Untuk mencapai kesenangan harus berani melakukan apapun juga, termasuk membunuh para tamu-tamu yang tiada harganya ini!" Terdengar jawaban dan tahu-tahu disitu telah berdiri Pat-jiu Kai-ong! Sebagai lanjutan kata-katanya, tongkatnya ditekankan kepada tanah di depan kaki lalu lima kali ujung tongkat itu bergerak menerbangkan tanah dan kerikil ke depan. Tampak sinar hitam berkelebat menyambar lima kali, disusul jerit-jerit kesakitan dan robohlah berturut-turut lima orang dusun yang berada di depan Sin Liong, roboh dan berkelojotan kemudian tewas seketika karena tanah dan kerikil itu masuk ke dalam kepala mereka! "Hi-hi-hik, kepandaian seperti itu saja dipamerkan di depan Sin-tong lihat ini!" Tiba-tiba terdengar suara ketawa merdu dan tau-tahu di situ telah berdiri seorang wanita cantik yang bukan lain adalah Kiammo Cai-li! Dia menudingkan payung hitamnya yang tertutup itu ke arah para penghuni dusun yang berwajah pucat dan dengan mata terbelalak memandang lima orang teman mereka yang telah tewas. "Cuat-cuat-cuat...!" Dari ujung payung itu meluncur sinar-sinar hitam dan berturut-turut, enam orang dusun yang masih hidup menjerit dan roboh tak bergerak lagi, leher mereka ditembusi jarum-jarum hitam yang meluncur keluar dari ujung payung itu! Sejenak Sin Liong terbelalak memandang kepada kedua orang itu yang berdiri di sebelah kanan dan kirinya. Kemudian dia memandang ke bawah, ke arah tubuh sebelas orang dusun yang telah menjadi mayat. Mukanya menjadi merah, air matanya berderai dan dengan suara nyaring dia berkata sambil menudingkan telunjuknya bergantian kepada Pat-jiu Kai-ong dan Kiam-mo Cai, "Kalian ini manusia atau iblis? Kalian berdua amat kejam, perbuatan kalian amat terkutuk. Membunuh orang-orang tak berdosa seolah kalian pandai menghidupkan orang. Bocah itu memandang kepada sebelas mayat dan sesenggukan menangis. "Hi-hi-hik, Sin-tong yang baik, apakah kau takut kubunuh? Jangan khawatir, aku datang bukan untuk membunuhmu," kata Kiam-mo Cai-li, agak kecewa melihat betapa bocah ajaib itu menangis dan membayangkannya ketakutan. Sin Liong mengangkat muka memandang wanita itu, biarpun air matanya masih berderai turun namun pandang matanya sama sekali tidak membayangkan ketakutan, "Kau mau bunuh aku atau tidak, terserah. Aku tidak takut!" "Ha-ha-ha! Benar hebat! Sin-tong, kalau kau tidak takut kenapa menangis?" Pat-jiu Kai-ong menegur. "Apa kau menangisi kematian orang-orang tak berharga itu?" Kiam-mo Cai-li menyambung. "Mereka sudah mati mengapa ditangisi? Aku menangis menyaksikan kekejaman yang kalian lakukan, kau menangis karena melihat kesesatan dan kekejaman kalian." Dua orang tokoh sesat itu terbelalak heran saling pandang kemudian mereka teringat kembali akan niat mereka terhadap anak ajaib ini, maka keduanya seperti dikomando saja lalu tertawa, dan keduanya dengan kecepatan kilat menyerbu ke depan hendak menubruk Sin-Liong yang berdiri tegak dan memandang dengan sinar mata sedikitpun tidak membayangkan rasa takut! "Desss......!" Karena gerakan mereka berbarengan, disertai rasa khawatir kalau-kalau keduluan oleh orang lain, maka melihat Pat-jiu Kai-ong sudah lebih dekat dengan Sin-tong, Kiam-mo Cai-li lalu merobah gerakannya, tidak hendak menangkap Sin-tong karena dia kalah dulu, melainkan melakukan gerakan mendorong dengan kedua tangannya ke arah Pat-jiu Kai-ong! Pukulan jarak jauh yang dilakukan oleh wanita iblis ini dahsyat sekali, membuat Pat-jiu Kai-ong terkejut ketika ada angin panas menyambar, maka dia cepat menunda niatnya menangkap Sin-tong dan bergerak menangkis. Keduanya merasakan dahsyatnya tenaga lawan dan terpental ke belakang! Sejenak mereka saling berpandangan dan Pat-jiu Kai-ong yang lebih dulu dapat menguasai dirinya lalu tertawa, "Ha-ha-yha, lama tidak jumpa, Kiam-mo Cai-li menjadi makin gagah saja!" "Pat-jiu Kai-ong, selama ada aku disini, jangan harap kau akan dapat merampas Sin-tong dari tanganku!" Wanita itu berkata dan memandang tajam, siap menghadapi kakek yang dia tahu merupakan lawan yang tangguh itu. "Aha, Kiam-mo Cai-li, sekali ini kau mengalahlah kepadaku. Aku membutuhkannya untuk menyempurnakan ilmuku..." "Hi-hik, Ilmu Hiat-ciang Hoat-sut, bukan? Kau sudah cukup tangguh, Kai-ong, dan betapa mudahnya bagimu untuk mencari seratus orang anak lagi untuk kau hisap darah, otak dan sumsumnya. Jangan Sintong!" "Hemmmm, kau mau menang sendiri. Apa kaukira aku tidak tahu mengapa kau menghendaki Sin-tong? Dia masih terlalu muda, Cai-li, tentu tidak akan memuaskan hatimu. Apa sukarnya bagimu mencari orangorang muda yang kuat dan menyenangkan?" "Cukup! Kita mempunyai keinginan sama, dan jalan satu-satunya adalah untuk memperebutkannya dengan kepandaian!" "Ha-ha-ha, bagus sekali. Memang aku ingin mencoba kepandaian Wanita Pandai dari Rawa Bangkai!" Liok Si, Si Wanita Pandai Berpayung Pedang dari Rawa Bangkai sudah tak dapan menahan kemarahannya melihat ada orang berani merintanginya, maka sambil berteriak keras dia sudah menerjang maju dengan senjatanya yang istimewa, yaitu payung hitam yang tangkainya sebatang pedang runcing itu. "Trakkk!" Pat-jiu Kai-ong sudah menggerakkan tongkatnya menangkis.

No comments:

UT-UAE

Subscribe to UniversitasTerbukaUAE
Powered by groups.yahoo.com